Keajaiban Abadi di Tengah Kota Cirebon: Menjelajahi Pesona Mistis dan Arsitektur Agung Masjid Sang Cipta Rasa

Jelajahin.web.id -Di tengah hiruk-pikuk Kota Cirebon yang modern, berdiri megah sebuah peninggalan bersejarah yang seolah menembus waktu — Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Bukan sekadar tempat ibadah, masjid ini adalah saksi bisu perjalanan panjang penyebaran Islam di tanah Jawa Barat. Bagi wisatawan yang haus akan wisata religi sekaligus sejarah, destinasi ini adalah sebuah permata yang tak boleh dilewatkan.

1. Menyusuri Jejak Sejarah: Masjid yang Dibangun Para Wali

Masjid Agung Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1480 Masehi pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati, salah satu dari Wali Songo. Uniknya, proses pembangunan masjid ini dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga, sementara arsiteknya adalah seorang seniman bernama Raden Sepat, bekas arsitek Majapahit yang kemudian memeluk Islam.

Nama “Sang Cipta Rasa” sendiri memiliki makna mendalam. “Sang” berarti luhur, “Cipta” berarti pikiran atau karya, dan “Rasa” berarti perasaan. Jadi, secara filosofis, masjid ini mencerminkan perpaduan antara pikiran, rasa, dan keimanan manusia kepada Sang Pencipta.
Setiap bata yang tersusun di bangunan ini seolah menyimpan kisah penyebaran Islam yang damai dan penuh kearifan lokal di tanah Cirebon.


2. Arsitektur Megah Penuh Makna Filosofis

Sekilas, desain Masjid Sang Cipta Rasa tampak sederhana. Namun, jika diperhatikan lebih dekat, arsitekturnya mengandung makna simbolis yang sangat dalam. Bangunan utama masjid terbuat dari batu bata merah tanpa plester, mencerminkan kesederhanaan namun juga kekokohan iman.

Masjid ini memiliki sembilan pintu utama, melambangkan sembilan wali (Wali Songo) yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Atapnya yang bertingkat tiga mengingatkan pada struktur punden berundak, warisan arsitektur Hindu-Buddha yang diadaptasi ke dalam makna Islam — tiga tingkatan menuju keimanan: Islam, Iman, dan Ihsan.

Di bagian dalam, mihrab atau tempat imam berdiri tampak indah dengan ukiran khas Cirebon dan sentuhan gaya arsitektur Jawa klasik. Pilar-pilar kayu jati tua yang masih asli dari abad ke-15 menjadi saksi bahwa masjid ini tetap kokoh melewati berbagai zaman.

3. Tradisi Unik: Adzan Tujuh Suara yang Masih Terjaga

Salah satu hal paling menarik dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah tradisi Adzan Pitu (adzan tujuh). Tradisi ini telah berlangsung sejak berabad-abad lalu dan masih dijaga hingga sekarang. Setiap kali waktu salat Jumat tiba, tujuh muazin akan melantunkan adzan secara bergantian dengan suara yang harmonis dan penuh getaran spiritual.

Tradisi ini konon berasal dari masa Wali Songo sebagai simbol persatuan umat Islam. Suara adzan yang bergema tujuh kali dari tujuh arah dipercaya mampu menyatukan masyarakat sekitar dan mengingatkan umat akan kebesaran Allah SWT.
Ketika adzan pitu berkumandang, suasana masjid terasa begitu khidmat — tak sedikit wisatawan yang meneteskan air mata karena terharu mendengarnya secara langsung.

4. Daya Tarik Wisata Religi dan Sejarah

Sebagai salah satu ikon wisata religi di Cirebon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik dari dalam maupun luar kota. Banyak yang datang bukan hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk menikmati nuansa spiritual dan historis yang kuat.

Di halaman depan, pengunjung bisa melihat sumur tua yang konon airnya tak pernah kering meskipun musim kemarau panjang. Air sumur ini dipercaya membawa berkah dan sering digunakan untuk berwudu oleh jamaah.
Selain itu, di sekitar masjid terdapat makam para tokoh penyebar Islam Cirebon, termasuk Sunan Gunung Jati, yang menambah nilai religius tempat ini.

Tak jauh dari masjid, wisatawan juga bisa melanjutkan perjalanan ke Keraton Kasepuhan Cirebon, hanya beberapa ratus meter dari lokasi. Kombinasi antara wisata religi dan budaya ini menjadikan kawasan ini sangat ideal bagi pencinta sejarah Nusantara.


5. Aktivitas Wisata yang Bisa Dilakukan

Masjid Agung Sang Cipta Rasa bukan sekadar tempat beribadah, tapi juga destinasi wisata edukatif dan spiritual. Beberapa aktivitas menarik yang bisa dilakukan di sini antara lain:

  • Ziarah dan doa bersama di area makam para tokoh penyebar Islam.

  • Mendengarkan kisah sejarah masjid dari juru kunci yang dengan ramah membagikan cerita tentang masa lalu Cirebon.

  • Fotografi arsitektur kuno, dengan latar bangunan bata merah dan ukiran kayu jati yang eksotis.

  • Menikmati kuliner khas Cirebon di sekitar area masjid, seperti empal gentong, nasi jamblang, dan tahu gejrot.

Bagi yang menyukai suasana spiritual dan ingin menenangkan diri dari kesibukan kota, duduk di serambi masjid saat sore hari menjadi pengalaman yang menenangkan jiwa.

6. Waktu Terbaik Berkunjung ke Masjid Sang Cipta Rasa

Waktu terbaik untuk mengunjungi Masjid Agung Sang Cipta Rasa adalah pada pagi hari atau menjelang magrib. Cahaya matahari yang jatuh di sela-sela arsitektur bata merah menciptakan efek visual yang menakjubkan untuk difoto.

Jika ingin merasakan pengalaman unik, datanglah pada hari Jumat saat tradisi adzan pitu berlangsung. Namun, pastikan untuk menjaga etika, berpakaian sopan, dan tidak mengganggu kegiatan ibadah jamaah.

Bagi wisatawan luar kota, kawasan ini mudah dijangkau karena lokasinya berada di pusat kota Cirebon, tepatnya di Jalan Keraton Kasepuhan. Dari Stasiun Cirebon, perjalanan hanya memakan waktu sekitar 10 menit dengan kendaraan pribadi atau becak.

7. Menjaga Warisan Sejarah dan Spiritualitas

Sebagai warisan budaya nasional, Masjid Agung Sang Cipta Rasa telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Indonesia. Pemerintah daerah bersama masyarakat sekitar terus berupaya menjaga keaslian bangunan dan melestarikan tradisi yang ada.

Restorasi dilakukan secara hati-hati tanpa mengubah bentuk asli bangunan. Kayu jati tua, bata merah, dan struktur atap bertingkat tetap dipertahankan agar nilai sejarahnya tak hilang.
Upaya ini bukan hanya menjaga fisik bangunan, tetapi juga melestarikan nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya.

Generasi muda kini pun mulai dilibatkan dalam kegiatan edukasi dan promosi wisata religi agar mereka mengenal lebih dalam akar sejarah dan budaya Cirebon. Dengan begitu, warisan ini bisa terus hidup dari masa ke masa.

8. Refleksi Spiritual di Tengah Keagungan

Berjalan menyusuri halaman Masjid Sang Cipta Rasa, terasa ketenangan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Bayangan sejarah masa lalu, gema adzan tujuh suara, dan semilir angin sore di bawah langit Cirebon membuat siapa pun merasa dekat dengan Sang Pencipta.

Masjid ini bukan sekadar tempat untuk berdoa, tapi juga ruang refleksi spiritual bagi siapa pun yang datang dengan hati terbuka. Di sinilah manusia seolah diingatkan akan keseimbangan antara cipta, rasa, dan karsa — sebagaimana makna nama masjid ini sendiri.


Lebih baru Lebih lama